Powered By Blogger

Senin, 19 Desember 2011

Analisa Trisulfa

Sulfadiazin dan Sulfamerazin
Sebagian besar sulfonamid merupakan senyawa amfoter, sifat asam didasarkan atas gugus sulfonamid. Adanya substituen pada gugus ini yang bersifat menarik elektron akan memperkuat keasaman. Sifat basa didasarkan pada gugus amino aromatik yang merupakan basa lemah.
Senyawa - senyawa sulfonamid netral dianggap sebagai ligan lemah karena adanya penarikan densitas elektron dari atom nitrogen ke atom oksigen yang elektronegatif. Tetapi jika pada atom N sulfonamid terdapat atom hidrogen yang mudah terdisosiasi, maka efek penarikan densitas elektron akan menambah sifat keasamannya. Sebaliknya jika terdeprotonasi akan membentuk anion sulfonamid yang merupakan ligan donor σ yang efektif (Otter, Couchman, Jeffrey, Mann, Psillakis, Ward : 1998).
a. Sulfadiazin
Sulfadiazin termasuk senyawa sulfonamid dengan massa molekul 250,28 g/mol, pKa sebesar 6,3, berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau dan sedikit larut dalam alkohol dan aseton (Wilson dan Gisvold : 1982).
b. Sulfamerazin
Sulfamerazin memiliki massa molekul 264,32 g/mol, pKa sebesar 7,1, berbentuk kristal putih, dan sedikit larut dalam alkohol (Wilson dan Gisvold : 1982). Struktur sulfadiazin dan sulfamerazin ditunjukkan oleh Gambar 15.
Macias, Villa, Gracia, Castineiras, Borras, Marin (2003) melaporkan pembentukan kompleks [Cu(N-quinolin-8-yl-naftalenesulfonamide)] dimana N sekunder dan N tersier pada siklis terkoordinasi pada Cu(II). Kompleks bergeometri tetrahedral.

B. Kerangka Pemikiran

Formula kompleks yang terbentuk tergantung jumlah ligan yang terkoordinasi pada atom pusat. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan polidentat karena mempunyai atom donor elektron lebih dari satu, sehingga dapat membentuk ikatan koordinasi dengan Co2+ dalam berbagai kemungkinan. Atom donor elektron tersebut adalah O pada SO2, N pada NH2 primer, N sekunder, dan N tersier pada rantai siklik. Ligan dapat terkoordinasi pada Co(II) secara monodentat dengan N primer seperti pada kompleks Cu(II) dengan benzolamid dimana N primer dari benzolamid terkoordinasi pada Cu(II) (Alzuet, Cassanova, Gracia-Granda, Guiterrez-Rodriquez, Supuran : 1998) atau sebagai bidentat dengan N sekunder dan N tersier yang terkoordinasi pada Co(II) seperti kompleks [Cu(N-quinolin-8-yl-naftalenesulfonamide)](Macias, Villa, Gracia, Castineiras, Borras, Marin : 2003). Dengan demikian terdapat beberapa kemungkinan atom donor yang terkoordinasi pada atom pusat.
Efek sterik yang ditimbulkan N primer lebih kecil daripada efek sterik NH sekunder dan N tersier, sehingga kemungkinan terkoordinasinya N primer pada ion pusat lebih besar daripada N sekunder dan N tersier. Berdasarkan penelitian Hapsari A.W.(2004), ligan sulfonamid merupakan ligan lemah. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan turunan sulfonamid sehingga diperkirakan termasuk ligan lemah, sehingga akan cenderung membentuk spin tinggi dan menjadikan 3 elektron pada Co2+ tidak berpasangan dengan harga µeff pada kisaran 4,2 – 5,3 BM dan bersifat paramagnetik 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar