Powered By Blogger

Selasa, 14 Februari 2012

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batangkarena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan denganalkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis olehbasa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun
dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah
Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium  Hidroksida (KOH). Jika basa yang
digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan
basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair
(Ketaren,1986).  
Sabun dapat dibuat melalui proses “Batch” atau “Kontinu”. Pada
proses “batch”, lemak dan minyak dipanaskan dengan alkal (NaOH) berlebih
dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam ditambahkan
untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol
dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh kembali melalui
penyulingan. Endapatan sabun gubal, yang bercampur dengan garam,
alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama kelamaan
membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dibuat
dan dijual tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang
murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu
apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan
untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun
obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair, atau sabun apung (dengan
melarutkan udara di dalamya).
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak
atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu
dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secarakontinu dari salah satu ujung rekator besar, asam lemak dan gliserol yang
terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan.
Sabun bekerja dengan cara mengangkat pengatur yang pada
umumnya melekat pada pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak
yang tipis. Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel pengator
dikatakan telah tercuci. Molekul-molekul sabun terdiri dari seperti rantai
hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus lenik yang sangat polar pada
salah satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik (tertarik atau larut
dalam minyak dan lemak) dan ujungnya yang polar bersifat hidrolik
(tertarik dan larut dalam air). Dapat dikatakan bahwa molekul demikian
adalah schizo phremik, atau mempunyai dua “kepribadian”.
Jika sabun dimasukkan ke dalam air dan diguncang dengan air ia
membentuk dispersi koloid bukan larutan yang sesunguhnya. Larutan
sabun ini mengandung agregat dari molekul-molekul sabun yang
dinamakan misel (micelle). Rantai karbon yang non polar atau lifofilik
terdapat dibagian tengah misel. Ujung yang polar atau hidrofilik
membentuk “permukaan” misel yang berhubungan dengan air. Pada sabun
biasa, bagian luar dari misel bermuatan negatif dan ion natrium yang
positif berada di dekat misel.
Pada waktu bertindak dalam melepaskan kotoran, molekul-molekul
sabun mengelilingi dan mengemulsikan butiran lemak atau minyak. “ekor”
molekul sabun yang dipofilik larut dalam minyak. Ujung rantai yang
hidrofilik memanjang menuju ke air. Dengan cara ini butiran minyak
dimantapkan dalam larutan air, karena muatan permukaan yang negatif
tidak akan bersentuhan langsung dengan molekul pengator.
Sifat lain dari larutan sabun yang menonjol adalah rendahnya
tegangan permukaan yang memberikan kekuatan “pembasah” pada sabun
jika dibandingkan dengan air biasa. Gabungan kekuatan pengemulsi dan
sifat permukaanlah yang memungkinkan sabun dapat melakukan lemak,
minyak, oli dari permukaan yang kotor. Mengemulsikannya danmencucinya. Asas dalam cara pencucian ini juga berlaku pada deterjen
sintetik.
B. Sifat-Sifat Sabun
Adapun sifat-sifat sabun adalah sebagai berikut :
1. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofilik dan larut dalam
air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air
2. Dapat terhidrolisa dalam air membentuk basa asam karboksilat. Hal ini
dikarenakan sabun tersusun oleh busa kuat dan asam lemah.
3. Dapat beraksi dengan asam mineral membentuk asam lemak dan garam
organik.
4. Jika suatu larutan sabun dalam air dikocok dengan udara maka akan
membuih. Peristiwa ini tidak terjadi dengan air sodah. Dalam hal ini
sabun baru dapat membuih setelah garam Mg dan ca dalam air itu
mengendap semuanya.

C. Proses Pembuatan Sabun
Pada zaman sekarang, sabun dibuat dari lelehan minyak sapi atau
lemak lain yang dipanaskan dengan Nooh dan karenanya terhidrolisa
menjadi gliserol dan garam Na dari asam lemak.
Setelah penyabunan selesai, lapisan air yanng mengandung gliserol
Dipisahkan dan gliserol diputihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan
Sebagai pelarut dalam tembakau, Industri farmasi dan kosmetik. Sabunnya
Dimurnikannya dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk
membuang alkali Berlebih, nael dan gliserol. Lalu dicuci dengan lerine
beberapa kali, kemudian Diremas-remas agar alkali yang masih tersisa
dapat hilang. Zat tambahan (aditif) Sepertibatu apung, zat warna, dan
parfum kemudian ditambahkan sabun padat lalu Dilelehkan dan
dituangkan kedalam suatu cetakan.
Pemakaian soda dengan konsentrasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan Terjadinya reaksi sebagian dengan trigliseridanya, sehingga
akan mengurangi Rendaman minyak dan akan menambah jumlah sabun
yang terbentuk. Dengan demikian perlu dipilih konsentrasi yang tepat
maupun jumlah yang sesuai untuk Penyabunan asam lemak bebas dalam
minyak, agar penyabunan trigliserida dan Pembentukan emulsi dalam
minyak menjadi kecil. Hal ini hanya sesuai untuk Pemisahan asam lemak
bebas dalam minyak. Namun di dalam hal tujuan Pembuatan sabun
sebagai tujuan utama, hal tersebut diatas sangat baik dilakukan. Dalam
peroses penyabunan selain konsentrasi dan jumlah larutan sabun.
Pemilihan Temperatur yang sesuai akan menyebabkan proses pembentukan
sabun dalam Minyak menjadi lebih cepat. Terutama dalam proses
pemisahannya dari minyak, Pengendapan yang lambat akan mempengaruhi
juga.
Daya pembersih sabun antara lain :
1. Gugus polar membersihkan kotoran yang bersifat polar, sedangkan
gugus Non polar membersihkan kotoran yang bersifat non polar seperti
lemak.
2. Bila air yang digunakan adalah air sadah atau air yang kesadahannya
Tinggi, maka sabun tersebut akan mengendap.
3. Sabun dapat membersihkan kotoran apabila dapat menurunkan
tegangan Permukaan dari kotoran sehingga tegangan permukaan kain
dan kotoran diturunkan